Assalamualaikum
Dibawah ini adalah link dari berbagai ceramah dengan topik BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat....
1. Ust. K.H. Arifin Ilham; Bahagia Dunia dan Akhirat (https://www.youtube.com/watch?v=bNd_EOxxC0E)
2. Ust. Adi Hidayat Lc, MA : Kunci Hidup Bahagia (https://www.youtube.com/watch?v=0KQz3-5Jz0w)
KUMPULAN CERAMAH "BAHAGIA DUNIA AKHIRAT"
Posted by Mangmoch at Kamis, Januari 04, 2018 0 comments
Rumus Jitu Aa Gym, Hadapi Persoalan Hidup
Bagaimana cara efektif agar kita bisa menghadapi persoalan hidup?
Sebelumnya, harus kita pahami terlebih dulu. Jangan menganggap
persoalan sebagai sesuatu yang merendahkan diri kita. Coba, saya tanya,
Rasulullah itu hidupnya banyak ujian? Banyak masalah? Sering dihina, dicaci dan
dimusuhi banyak orang? Nah, bagaimana sosok Rasul? Beliau manusia yang mulia kan?
Persoalan adalah sesuatu yang mengangkat derajat seseorang. Justru jangan
bangga ketika tidak ada persoalan dalam hidup kita. Pada intinya ujian itu bisa
berupa kelapangan/kemudahan dan kesempitan/kesusahan. Ujian kelapangan itu yang
lebih bahaya. Karena ketika berada dalam kondisi lapang, kita cenderung sedikit
mengingat Allah.
Salah
satu ulama pernah berkata, “Tidak bisa seseorang meraih saripati ilmu tauhid,
bila belum mengamalkan ilmu kelapa.” Apa itu? Kita lihat, kelapa itu dijatuhkan
dari pohon, dijambak sampai gundul, digetok pakai golok, dicungkil sampai
copot, disisir, lalu diparut, dan diperas! Percayalah, dengan mengalami
persoalan hidup, kita justru bisa mendapatkan banyak kebaikan. Saya pernah
berada di masa-masa hidup penuh pujian. Kemudian, kondisi berbalik. Saya dicaci
di infotainment dan sebagainya. Tapi dari situ, Alhamdulillah, ketika
menghadapi ujian yang berat, anak-anak saya malah jadi hafidz. Pesantren jadi
ramai. Persoalan hidup itu tidak bahaya, karena semua sudah diukur oleh Allah.
Yang bahaya adalah, manakala kita salah dalam menyikapi persoalan hidup.
Boleh dibagi kepada keluarga sejuk NH, rumus
yang Anda praktikkan dalam menghadapi persoalan hidup?
Rumus
pertama, kita harus siap menghadapi yang cocok dan yang tidak cocok dengan
keinginan. Mustahil semua keinginan kita terwujud, atau hidup kita semuanya
cocok terus dengan apa yang kita mau. Misalnya, setiap orang tentu ingin selalu
sehat. Padahal, ada masanya kita harus menghadapi sakit. Sakit dan sehat itu
hanya episode kehidupan. Berapa banyak orang menjadi mulia karena sakit, dan
berapa banyak orang yang hina ketika ia sehat. Setiap takdir ada jalannya.
Jangan pernah berprasangka buruk. Tugas kita hanyalah: (1). Meluruskan niat
lillahit ta’ala; (2). Sempurnakan ikhtiar di jalan Allah; (3). Pasrahkan dengan
tawakkal. Orang yang sakit hati pasti tidak tawakkal, karena merasa
keinginannya paling benar.
Rumus
kedua, kalau sesuatu sudah terjadi, maka kita harus ridho. Orang stres
itu bukan karena kenyataan, tapi karena tidak terima kenyataan. Terimalah
takdir yang ada, sambil kita terus berikhtiar untuk takdir yang lebih berkah.
Orang depresi karena tidak terima takdir. “Sulit” itu kan persepsi kita. Pujian
dan cacian itu sama saja, bergantung pada bagaimana cara kita menyikapinya.
Rumus ketiga,
Jangan mempersulit diri. Mudahkan, jangan dibuat ribet. Karena, rasa sakit itu
sebanding dengan tingkat “ketergantungan” kita pada makhluk. Manakala kita
begitu “bergantung” pada uang, misalnya, lalu uang itu hilang, maka rasa
sakitnya semakin menjadi-jadi. Sebenarnya, orang yang paling sengsara itu
mereka yang menginginkan sesuatu yang tidak ada takdirnya. Ridho, ridho, kita
harus ridho. Misalkan ban kita pecah. Jangan sedih. Setelah ucapkan
innalillahi, kita pahami bahwa artinya ada rezeki tukang ban di dompet kita. Aduh, tapi ngedorong motornya masih jauh! Ya, pahami, bahwa memang kita kudu
olahraga. Enak kan, hidup kalau ridho seperti itu.
Dihina
orang tak akan rugi. Nabi Muhammad saja, yang begitu mulia juga kerap dihina.
Justru, kalau ada orang nggak suka sama kita, ini kesempatan baik supaya kita
instropeksi. Apa iya kita melakukan keburukan sebagaimana yang ia katakan?
Lalu, anggap saja, orang yang sebel sama kita itu, sebenarnya sayang dengan
diri kita, wong dia selalu ingat kita siang dan malam. Iya kan?
Yang
bahaya, kalau kita yang sebel sama tetangga. Giliran tetangga naik gaji, eh,
kita naik tensi. Rugi.
Rumus
keempat, evaluasi diri. Coba kita baca Surat An-Nisa ayat 79.
Karunia apapun yang kamu peroleh PASTI dari Allah. Sementara keburukan apapun
MUTLAK dari diri kamu sendiri. Orang bisa tobat kalau dia merasa sebagai sumber
musibah. Sementara orang nggak bisa tobat kalau dia merasa sebagai korban.
Ingat
sabda Rasul, “Laa taghdhob, walakal Jannah.” Jangan marah, bagimu surga. Para
pemarah susah ke surga, karena pahalanya habis. Janganlah kita banyak mikir dan
komentar yang tidak perlu. Ayo terus evaluasi diri.
Rumus
kelima, cukuplah Allah sebagai penolong kita. Manakala kita bersandar
pada “sesuatu”, tentu ada rasa takut kehilangan “sesuatu”. Misal, kita
bersandar pada jabatan. Dengar kata mutasi, eh kita malah dengarnya mutilasi.
Ya itu tadi, makin bersandar pada makhluk, makin capek. Makin ingin dipuji dan
dicintai, rasanya makin sakit hati.
Terus
camkan dalam diri, bahwa bergaul dengan manusia bukan berarti kita mengharapkan
sesuatu dari manusia lain. Jangan berharap disayangi atau diberi, tapi
berharaplah untuk makin menyayangi dan memberi. Kita akan merasa lebih tenang,
ketika tidak banyak berharap. Ingatlah, bahwa kita tidak dirancang untuk
menyelesaikan persoalan. Dengan adanya persoalan, kita dekati Allah, dengan
jalan tobat dan taat kepada-Nya. Maka, kita akan menjadi tenang, ada jalan
keluar dan persoalan hidup kita beres, atas izin Allah.(*)
Posted by Mangmoch at Selasa, Agustus 02, 2016 Labels: Motivasi Hidup 0 comments